Hartany Soekarno ; Berita Bukan Sekadar Teks, Tetapi Napas Perjuangan
Palangka Raya – Di tengah maraknya pemberitaan yang kerap berfokus pada politik dan elite kekuasaan, seorang jurnalis asal Palangka Raya, Hartany Soekarno, memilih jalannya sendiri. Dengan semboyan “Jurnalis untuk Keadilan”, ia menegaskan bahwa profesi wartawan baginya bukan sekadar pekerjaan, melainkan sarana perjuangan.
Sejak awal kiprahnya, Hartany memandang pers sebagai wadah untuk menyuarakan kelompok yang kerap terpinggirkan. Dalam berbagai tulisan, ia mengangkat isu masyarakat kecil, pekerja, hingga komunitas yang terdesak arus pembangunan.
Isu-isu sengketa lahan, nasib warga miskin kota, hingga cerita getir kelompok marginal menjadi tema utama dalam laporannya. Hartany menuturkannya tanpa polesan, sehingga pembaca dapat merasakan langsung realitas ketidakadilan yang ia soroti.
“Media jangan hanya jadi penonton. Kita harus jadi penyambung suara mereka yang tak didengar,” ujarnya saat ditemui di kediamannya di Palangka Raya, Senin (15/9). Rumah sederhana itu juga menjadi tempatnya menulis sekaligus ruang terbuka bagi warga yang ingin menyampaikan keluhan.
Prinsip idealisme tersebut tidak jarang membuatnya berhadapan dengan tekanan. Namun, ia menegaskan keberpihakan pada rakyat kecil adalah inti dari jurnalisme. “Berita bukan sekadar teks, tetapi napas perjuangan,” tegasnya.
Dedikasi itu menjadikan Hartany bukan hanya saksi, melainkan juga penggerak. Karya jurnalistiknya tidak berhenti pada laporan formal, melainkan menghadirkan kisah hidup yang mengajak pembaca merenung.
Slogan “Jurnalis untuk Keadilan” yang ia usung, menurutnya, adalah komitmen yang melekat pada setiap langkah dan pilihan. Dengan konsistensi tersebut, Hartany Soekarno terus menjaga semangat perjuangan melalui tulisan, menghadirkan ruang bagi suara-suara yang selama ini kerap terabaikan.
